Jumat, 27 Desember 2019

Aku Melihat Surga dan Bidadari Di Topiku...


Mengabsahkan Kebohongan
      ____________________

Al Kisah, Abu Nawas berjalan di tengah pasar, sambil melihat ke dalam topinya, lalu tersenyum bahagia.

Orang-orang pun heran, lalu bertanya, “Wahai saudaraku Abu Nawas apa gerangan yang engkau lihat ke dalam topimu yang membuatmu tersenyum bahagia?”

“Aku sedang melihat surga yang dihiasi barisan bidadari,” kata Abu Nawas dengan ekspresi meyakinkan.

“Coba aku lihat!” kata salah seorang yang penasaran melihat tingkah Abu Nawas. “Tapi saya tidak yakin kamu bisa melihat seperti apa yang saya lihat.” kata Abu Nawas. “Mengapa?” tanya orang-orang di sekitar Abu Nawas secara serempak, karena sama-sama semakin penasaran. “Karena hanya orang beriman dan sholeh saja, yang bisa melihat surga dengan bidadarinya di topi ini,” kata Abu Nawas meyakinkan.

Salah seorang mendekat, lalu berkata, “Coba aku lihat.” “Silahkan!” kata Abu Nawas. Orang itu pun segera melihat ke dalam topi, lalu sejenak menatap ke arah Abu Nawas, kemudian menengok ke orang di sekelilingnya. “Benar kamu, aku melihat surga di topi ini dan juga bidadari. Subhanallah!” kata orang itu berteriak.

Orang-orang pun heboh ingin menyaksikan surga dan bidadari di dalam topi Abu Nawas, tetapi Abu Nawas mewanti-wanti bahwa hanya orang beriman yang bisa melihatnya, tetapi tidak bagi yang kafir.

Dari sekian banyak yang melihat ke dalam topi, banyak yang mengaku melihat surga dan bidadari tetapi ada beberapa diantaranya yang tidak meilhat sama sekali dan berkesimpulan bahwa Abu Nawas telah berbohong.

Mereka pun melaporkan Abu Nawas ke Raja dengan tuduhan telah menyebarkan kebohongan di tengah masyarakat.

Akhirnya, Abu Nawas dipanggil menghadap Raja untuk diadili.

“Benarkah di dalam topimu bisa terlihat surga dengan bidadarinya?” "Benar Paduka Raja, tetapi hanya orang beriman dan sholeh saja yang bisa melihatnya."

Sementara yang tidak bisa melihatnya, berarti dia belum beriman dan masih kafir.

"Kalau Paduka Raja mau menyaksikannya sendiri, silahkan..” kata Abu Nawas.

“Baiklah, kalau begitu.  Saya mau menyaksikannya sendiri,” kata Raja. Tentu, Raja tidak melihat surga apalagi bidadari di dalam topi Abu Nawas.

Tapi Raja lalu berpikir.  Kalau ia mengatakan tidak melihat surga dan bidadari, berarti ia termasuk tidak beriman. Akibatnya bisa merusak reputasinya sebagai Raja.

Maka, Raja itu pun berteriak girang, “Engkau benar Abu Nawas! Aku menyaksikan surga dan bidadari di dalam topimu."

Rakyat yang menyaksikan reaksi Rajanya itu, lalu diam seribu bahasa dan tak ada lagi yang berani membantah Abu Nawas. Mereka takut berbeda dengan Raja, karena khawatir dianggap dan dicap kafir atau belum beriman.

Akhirnya, konspirasi kebohongan yang ditebar oleh Abu Nawas, mendapat legitimasi dari Raja. Boleh jadi, dalam hati, Abu Nawas tertawa sinis sambil bergumam, Beginilah akibatnya kalau ketakutan sudah menenggelamkan kejujuran, maka kebohongan pun akan merajalela."

Ketika keberanian lenyap dan ketakutan telah menenggelamkan kejujuran, maka kebohongan akan melenggang-kangkung sebagai sesuatu yang “benar.” Ketakutan untuk berbicara jujur, juga karena faktor gengsi.

Gengsi dianggap belum beriman, atau dengan alibi/alasan lainnya. Padahal, label gengsi itu hanyalah rekayasa opini publik yang dipenuhi kebohongan.

Kepercayaan diri sebagai pribadi yang mandiri untuk berkomitmen pada kebenaran berdasarkan prinsip kejujuran, telah dirontokkan oleh kekhawatiran label status yang sesungguhnya sangat subyektif dan semu.

Kecerdikan konspirasi (kebohongan) opini publik Abu Nawas, telah menumbangkan kebenaran dan kejujuran.

Akhirnya, kecerdasan tanpa kejujuran dan keberanian, takluk di bawah kecerdikan yang dilakonkan dengan penuh keberanian dan kepercayaan diri meski pun itu adalah kebohongan yang nyata.

Kasus legitimasi kebohongan versi Abu Nawas, bisa saja terjadi disekitar kita…di negeri kita..di kampung kita dan dirumah kita.

Tentu, dengan aneka versi yg berbeda sesuai keadaan dimana kebohongan itu diciptakan..

W'Allāhu a’alam

Penulis: Aswar Hasan
Copyright 2019 PORTAL ISLAM
Powered by Blogger.com

Kamis, 26 Desember 2019

Hikmah Dari Gerhana Matahari

Pesan Berharga dari Shalat Gerhana

 

Pertama: Gerhana mengingatkan akan ayat tanda kuasa Allah, bukan fenomena alam semesta


Oleh karenanya dalam khutbah shalat gerhana Nabi disebutkan,

إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Kedua: Karena itu ayat Allah, tujuannya adalah untuk menakut-nakuti


Bahkan hal semacam ini dirasakan oleh orang di masa silam. Sampai ketika gerhana itu terjadi ada yang punya keyakinan harus bunyikan kentongan atau ibu hamil harus masuk dalam kolong tempat tidur. Walau sebenarnya yang dilakukan itu keliru. Namun sudah menunjukkan bahwa mereka benar-benar takut. Beda dengan orang saat ini yang menjadikannya sebagai euforia dan hiburan.

Padahal dalam ayat disebutkan,

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآَيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا

“Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.” (QS. Al-Isra’: 59)

Dalam hadits disebutkan Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ

“Sesungguhnya ketika tertutup cahaya matahari dan bulan (gerhana) bukanlah sebab karena ada yang mati atau karena ada yang hidup, namun itu adalah tanda kuasa Allah untuk menakut-nakuti hamba-Nya dengan terjadi gerhana tersebut.” (HR. Muslim, no. 901)

Ketiga: Amalan kebaikan mesti disegerakan


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ

”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari, no. 1046)

Juga diperintahkan untuk perbanyak do’a, bertakbir, dan memperbanyak sedekah,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

”Jika melihat gerhana maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Dalam riwayat lain dari Abu Musa disebutkan untuk memperbanyak istighfar pula,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

“Jika kalian melihat gerhana itu terjadi, maka segeralah untuk berdzikir, memperbanyak do’a dan beristighfar.” (HR. Bukhari, no. 1059; Muslim, no. 912)

Dan untuk amalan lain kita diperintahkan bersegera. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” (HR. Muslim, no. 118).


Keempat : Perbanyak Amal Selagi Masih Ada Waktu

Kalau shalat gerhana telah selesai padahal peristiwa gerhana belum selesai, kita diperintahkan untuk memperbanyak amalan lainnya.

Dalam hadits disebutkan,

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ

“Jika kalian melihat gerhana itu terjadi, maka berdo’alah pada Allah dan lakukanlah shalat hingga gerhana itu selesai.” (HR. Bukhari, no. 1060; Muslim, no. 915)

Kalau pun shalat gerhana telah selesai dilaksanakan sedangkan gerhana masih terjadi, maka tetap diperintahkan untuk memperbanyak istighfar, dzikir, takbir, do’a dan sedekah.

Imam Nawawi rahimahullah berkata,

“Kalau salam dari shalat kusuf (shalat gerhana), sedangkan gerhana masih berlangsung, apakah shalat kusuf diulangi lagi? Ada dua pendapat dalam masalah ini. Ada pendapat ulama Syafi’iyah yang menyarankan untuk ditambah jumlah ruku’. Namun yang paling tepat adalah tidak ada penambahan dan pengurangan dari shalat gerhana yang ditetapkan. Begitu pula tidak ada shalat yang berikutnya. ” (Al-Majmu’: 5: 54)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Fatawanya menyebutkan,

“Pendapat yang masyhur, shalat kusuf tidaklah diulangi. Akan tetapi, imam hendaklah memperhatikan selama gerhana terjadi, jadikan shalat selama waktu terjadinya gerhana tersebut. Jika gerhana hanya berlangsung singkat, maka shalatlah singkat. Biasanya pula ada info tentang lamanya gerhana (dari pakar astronomi, pen.), kalau gerhana terjadi pada jam sekian sampai jam sekian, maka imam hendaklah memperhatikannya. Namun jika shalat itu selesai sebelum gerhana itu berakhir, maka sibukkanlah diri dengan memperbanyak do’a dan dzikir hingga gerhana berakhir.” (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibnu ‘Utsaimin, 16: 322)

Lihat bahasan di Islamqa Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 125485.

Kelima: Gerhana itu ada yang mengatur


Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.

Siapa yang mengatur gerhana itu sampai bisa terjadi?

Tentu saja, Allah Rabbul ‘Alamin.

Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Abul Fida’ Ibnu Katsir rahimahullah ketika menguraikan penjelasan ayat ‘Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin’ dalam surat Al-Fatihah (ayat kedua) dijelaskan yang inti sarinya sebagai berikut.

Rabb adalah Al-Malik Al-Mutasharrif, Yang Maha Merajai dan Yang Maha Mengatur. Dalam bahasa Arab, Rabb bermakna sayyid. Juga bermakna pengatur yang mengatur dengan baik. Semua makna tadi benar jika disandarkan pada Allah Ta’ala.
‘Alamin adalah bentuk plural dari kata ‘alam. Maksud ‘alam terdapat beberapa tafsiran dari para ulama.
Ada yang mengartikan ‘alam dengan jin dan manusia. Berarti, Allah adalah Rabb jin dan manusia. Hal ini seperti disebutkan oleh seorang ulama yang bernama Abul ‘Aliyah.

Ada pula yang mengartikan ‘alamin dengan semua yang diciptakan oleh Allah di langit dan bumi, seperti yang disebutkan oleh Az-Zujaj. Al-Qurthubi menyatakan bahwa inilah makna yang paling lengkap dan mencakup semua.

Pelajarannya …

‘Alam itu berasal dari kata al-‘alamah yang berarti tanda. Maksudnya, ‘alam yang ada menunjukkan bahwa ada yang mencipta.

Terjadinya gerhana pun demikian adanya. Ada yang mengatur, yaitu Allah, Rabbul ‘alamin, Rabb semesta alam.

Jangan kita jadi seperti Fir’aun yang jadi penentang Tuhan bahkan menihilkan adanya pencipta dan pengatur.

Lihat apa yang ditanyakan Fir’aun dan dijawab oleh Nabi Musa ‘alaihis salam …

قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ

Fir’aun bertanya: “Siapa Rabb semesta alam itu?”

قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ

Musa menjawab: “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”. (QS. Asy-Syu’ara’: 23-24)


Keenam: Menghilangkan keyakinan keliru


Karena ketika gerhana matahari terjadi di masa Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau ingatkan bahwa peristiwa itu bukan karena ada yang meninggal dunia. Saat terjadi gerhana memang pas bertepatan dengan kematian putera beliau yang bernama Ibrahim.

Al-Mughirah bin Syu’bah mengatakan,

كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ ، فَقَالَ النَّاسُ كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ

“Pernah terjadi gerhana di masa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- saat kematian Ibrahim. Orang-orang beranggapan bahwa gerhana matahari itu terjadi karena kematian Ibrahim.” (HR. Bukhari, no. 1043)

Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata dalam khutbah beliau,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ

“Sesungguhnya ketika tertutup cahaya matahari dan bulan (gerhana) bukanlah sebab karena ada yang mati atau karena ada yang hidup, namun itu adalah tanda kuasa Allah untuk menakut-nakuti hamba-Nya dengan terjadi gerhana tersebut.” (HR. Muslim, no. 901)

Oleh karenanya, setiap pemahaman keliru di tengah masyarakat apalagi berkenaan dengan akidah perlu diingatkan. Seperti ada yang menyatakan wanita hamil saat terjadi gerhana hendaklah bersembunyi di bawah kolong tempat tidur, ini tidaklah ada dasarnya dalam agama kita.


Ketujuh: Diingatkan mengenai bahaya zina



Kedelapan: Diingatkan agar banyak menangis dan sedikit tertawa



Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan dalam khutbah beliau,

يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِىَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِىَ أَمَتُهُ ، يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina.

Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)


Kesembilan: Boleh menangis ketika mendapatkan musibah, asal tidak niyahah (meratapi histeris)



Ketika putera Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia seperti diutarakan sebelumnya beliau bersedih dan menangis. Tanda bahwa menangis dalam rangka berduka itu boleh.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَدْمَعُ الْعَيْنُ وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَاللَّهِ يَا إِبْرَاهِيمُ إِنَّا بِكَ لَمَحْزُونُونَ

“Air mata ini bisa menetes dan hati ini bisa bersedih dan tidaklah kukatakan selain yang Allah ridhai. Demi Allah, wahai Ibrahim, karena kepergianmu, kami bersedih.” (HR. Muslim, no. 2315)


Kesepuluh: Khutbah yang baik adalah khutbah yang singkat


Karena khutbah gerhana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya berisi beberapa nasihat saja. Beliau ingatkan:

Bulan dan matahari adalah ayat Allah.
Gerhana terjadi bukan karena kematian atau lahirnya seseorang.
Dianjurkan saat gerhana terjadi untuk melaksanakan shalat, memperbanyak sedekah, memperbanyak dzikir, istighfar dan do’a.
Dijelaskan tentang bahaya zina.
Perintah untuk banyak menangis dan sedikit tertawa.
Sifat khutbah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memang singkat, tetapi berisi. Dulu sahabat ‘Ammar pernah berkhutbah begitu ringkasnya, lantas beliau menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ طُولَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلاَةَ وَأَقْصِرُوا الْخُطْبَةَ فَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْراً

“Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan singkatnya khotbah merupakan tanda kefaqihan dirinya (paham akan agama). Maka perlamalah shalat dan buat singkatlah khutbah. Karena penjelasan itu bisa mensihir.” (HR. Muslim no. 869 dan Ahmad 4: 263. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).


Gerhana mengingatkan akan ayat tanda kuasa Allah, bukan fenomena alam semesta.
Karena itu ayat Allah, tujuannya adalah untuk menakut-nakuti hamba-Nya supaya kembali pada Allah.
Amalan kebaikan mesti disegerakan sebagaimana dalam shalat gerhana diperintahkan segera dilakukan saat terlihat gerhana.
Perbanyak amal selama masih ada waktu karena selama masih ada gerhana diperintahkan untuk berdzikir, bertakbir, beristighfar, perbanyak doa dan sedekah.
Gerhana itu ada yang mengatur, yaitu Rabbul ‘Alamin, Allah Ta’ala, gerhana tidak terjadi begitu saja.
Menghilangkan keyakinan keliru karena di masa Nabi, gerhana diyakini terjadi karena adanya kematian seseorang dan saat itu bertepatan dengan kematian putera Nabi yang bernama Ibrahim.
Nabi ingatkan mengenai bahaya zina saat khutbah gerhana.
Nabi ingatkan agar banyak menangis dan sedikit tertawa, ini juga sama disampaikan saat khutbah gerhana.
Boleh menangis ketika mendapatkan musibah, asal tidak niyahah (meratapi histeris). Sebagaimana ketika putera Nabi, Ibrahim meninggal dunia tadi, beliau sedih dan meneteskan air mata. Itu suatu yang wajar bagi orang yang sedang berduka.
Khutbah yang baik adalah khutbah yang singkat, sebagaimana khutbah nabi dalam shalat gerhana cuma menyampaikan beberapa kalimat saja.


Alhamdulillah, semoga bermanfaat dan Allah memberi taufik.

Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam

Rabu, 25 Desember 2019

Proses Terjadinya Gerhana Matahari

Assalamu'alaikum.... Salam Mahasiswa..

Nuh Mahasiswa ISQ_SI


Pengertian Gerhana Matahari

Gerhana matahari adalah peristiwa atau fenomena alam yang terjadi akibat tertutupnya matahari oleh bulan sehingga cahaya matahari terhalang masuk ke bumi. Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah, mengapa bulan yang ukurannya lebih kecil malah dapat menutupi matahari? Jawabannya adalah karena jarak antara kedua benda langit tersebut. Walaupun bulan memiliki ukuran yang jauh lebih kecil daripada matahari, akan tetapi bulan dapat menghalangi sinar matahari untuk masuk ke bumi karena jarak antara bulan dengan bumi hanya sekitar 384.400 km, sedangkan jarak antara matahari dengan bumi sekitar 149.680 km.

Logikanya seperti ini, benda yang letaknya lebih jauh akan terlihat lebih kecil meskipun ukurannya lebih besar. Sedangkan benda yang letaknya lebih dekat akan terlihat lebih besar meskipun ukurannya lebih kecil. Sekarang coba kalian perhatikan telunjuk tangan kalian dengan sebuah pohon yang jaraknya cukup jauh dari kalian. Apabila telunjuk kalian dekatkan ke mata, maka tentu pohon tidak akan terlihat karena tertutupi atau terhalangi oleh telunjuk.

Proses Terjadinya Gerhana Matahari

Gerhana matahari terjadi jika matahari, bulan, dan bumi berada pada satu garis lurus atau bila bulan berada di antara bumi dan matahari. Karena bulan terletak di antara bumi dan matahari, maka bayang-bayang bulan mengenai bumi, artinya cahaya matahari yang menuju bumi pada siang hari terhalang oleh bulatan bulan. Oleh karena diameter bulan tidak lebih besar daripada diameter bumi, maka gerhana matahari hanya terjadi pada sebagian kecil permukaan bumi saja dan hanya berlangsung kurang lebih 7 menit. Agar lebih jelasnya, perhatikan gambar proses terjadinya gerhana matahari berikut ini.

proses-terjadinya-gerhana-matahari

Di suatu tempat di bumi, jika bulan tampak menghalangi matahari sepenuhnya, maka terjadilah gerhana matahari total, sedangkan di tempat yang lain bila bulan hanya melintasi titik tengah matahari, maka yang terjadi gerhana matahari sebagian. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat kita simpulkan mengenai proses terjadinya gerhana matahari secara ringkas sebagai berikut.
  • Gerhana Matahari Terjadi pada siang hari
  • Posisi Matahari-Bulan-Bumi Sejajar
  • Bumi yang seharusnya menerima cahaya pada Matahari, tetapi terhalang oleh bulan
  • Gerhana matahari dapat terjadi jika bayangan bulan menutupi permukaan bumi
  • Berlangsung sekitar kurang lebih 7 menit.

Macam-Macam Gerhana Matahari

Gerhana matahari dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu gerhana matahari total, gerhana matahari sebagian (parsial), gerhana matahari cincin dan gerhana matahari hibrida. Berikut ini penjelasan dan gambar dari beberapa jenis gerhana matahari tersebut.

1. Gerhana Matahari Total

gerahana-matahari-total
Gerhana matahari total terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan bulan. Saat itu, piringan bulan sama besar atau lebih besar dari piringan matahari. Ukuran piringan matahari dan piringan bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak bumi-bulan dan bumi-matahari.

2. Gerhana Matahari Sebagian

gerhana-matahari-sebagian
Gerhana matahari sebagian terjadi apabila piringan bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan matahari. Pada gerhana jenis ini, selalu ada bagian dari piringan matahari yang tidak tertutup oleh piringan bulan.

3. Gerhana Matahari Cincin

gerhana-matahari-cincin
Gerhana matahari cincin terjadi apabila piringan bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan bulan lebih kecil dari piringan matahari, sehingga ketika piringan bulan berada di depan piringan matahari, tidak seluruh piringan matahari akan tertutup oleh piringan bulan. Bagian piringan matahari yang tidak tertutup oleh piringan bulan, berada di sekeliling piringan bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.

4. Gerhana Matahari Hibrida

Gerhana hibrida berasal dari gerhana matahari total dan gerhana matahari sebagian. Pada sebagian titik di wilayah bumi, akan tampak gerhana ini sebagai gerhana matahari total, sedangkan di wilayah yang lain akan tampak sebagai gerhana matahari sebagian. Gerhana matahari hibrida relatif jarang terjadi.

Tahapan Gerhana Matahari Total

  1. Proses terjadinya gerhana matahari total dimulai ketika posisi matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus secara berturut- turut. Posisi ini bisa terjadi karena bumi dan bulan sama- sama melakukan revolusi yaitu mengelilingi matahari sebagai pusat dari tata surya.
  2. Setelah berada di satu garis lurus maka bagian belakang bulan/ yang tidak terkena sinar matahari akan membentuk bayangan yang terdiri dari dua jenis yaitu bayangan inti yang gelap (umbra) dan bayangan samar- samar (penumbra). Bayangan umbra terdapat tepat di sisi belakang bulan yang bentuknya mengerucut. Sementara penumbra berada di sekitar bayangan umbra dan bentuknya semakin jauh semakin melebar. Biasanya bayangan penumbra lebih luas daripada banyangan umbra.
  3. Kemunculan bayangan umbra dan penumbra akan mengenai permukaan bumi kala itu. permukaan yang terkena umbra akan mengalami gerhana matahari total, sementara yang terkena penumbra akan mengalami gerhana matahari sebagian. Karena planet bumi melakukan gerakan rotasi, maka terjadinya gerhana matahari total di suatu daerah akan diawali dengan terjadinya gerhana matahari sebagian terlebih dahulu.

Tahapan Gerhana Matahari Sebagian

  1. Proses terjadi gerhana matahari sebagian ketika posisi matahari, bulan dan bumi berada dalam satu garis lurus sehingga menyebabkan sinar matahari ke bumi menjadi terhalangi oleh bulan dan menyebabkan adanya bayangan.
  2. Dalam proses terjadinya gerhana matahari sebagian terdapat dua bagian bayangan bulan yaitu umbra yang merupakan bagian gelap dan mempunyai bentuk kerucut yang memuncak menuju ke bumi, dan penumbra yang merupakan bagian terang dan mempunyai bentuk menjaduh dari bulan serta semakin melebar.
  3. Kawasan yang terletak di wilayah umbra biasanya akan terjadi gerhana matahari total, sedangkan kawasan yang terletak di wilayah penumbra biasanya akan mengalami gerhana matahari sebagian
  4. Pada proses gerhana matahari sebagian ini sinar matahari yang tidak tertutup secara 100 persen, sehingga masih terdapat bagian sinar matahari yang tidak tertutupi bayangan bulan. Oleh karena itu, proses gerhana matahari seperti ini dinamakan gerhana matahari sebagian

Tahapan Gerhana Matahari Cincin

  1. Proses terjadinya gerhana matahari cincin ketika matahari, bulan serta bumi berada di satu posisi yang sejajar atau segaris dan saat bulan  sedang melintas diantara matahari dan juga bumi atau saat fase bulan baru.
  2. Akibatnya cahaya matahari menjadi terhalang dan menyebabkan adanya bayangan. Pengamat yang berada di kawasan penumbra tidak akan menerima perubahan karena sorot cahaya matahari dan tidak akan mengalami perubahan yang sangat drastis.
  3. Namun cahaya yang diterima akan kurang dari 100%. Hal ini terjadi karena sebagian cahaya yang tertutup oleh benda langit si pembentuk bayang-bayang. Semakin dekat ke umbra maka semakin besar cahaya matahari yang terhalangi, namun tidak setiap gerhana matahari yang terjadi bisa membuat bumi gelap sempurna layaknya malam hari.

Tahapan Gerhana Matahari Hibrida

  1. Proses gerhana matahari hibrida ini diawali ketika matahari – bulan – dan bumi berada pada satu garis lurus. Pada saat inilah maka terjadi gerhana matahari.
  2. Pada dasarnya, gerhana matahari hybrid bias terjadi akibat jarak antara bulan dengan bumi yang sangat bervasiasi pada setiap titik wilayah di bumi. Hal ini disebabkan karena bentuk bumi bulat serta orbit bulan yang bentuknya elips, bukan lingkaran yang sempurna.
  3. Gerhana matahari hybrid sendiri dimulai dengan fenomena gerhana matahari cincin. Gerhana matahari yang terjadi dan jarak bulan terlalu jauh akan menyebabkan terjadinya gerhana matahari cincin.
  4. Kemudian gerhana matahari total. Setelah gerhana matahari cincin, dengan terus bergerak mengelilingi orbitnya, bulan berada di jarak yang tidak terlalu jauh sehingga bisa menutup cahaya matahari dengan sempurna.
  5. Setelah gerhana matahari total, kemudian akan terjadi gerhana matahari cincin lagi. hal ini karena posisi bulan yang terus bergerak sehingga pada suatu waktu bulan kembali berada di jarak yang cukup jauh. Dengan demikian bulan kembali tidak bisa menutupi cahaya matahari secara sempurna lagi dan kembali membentuk gerhana matahari cincin.

Ciri-Ciri Gerhana Matahari

Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer. Gerhana matahari dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: gerhana matahari total, gerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari cincin. Sebuah gerhana matahari dikatakan sebagai gerhana total apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.

Gerhana sebagian terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan.
Gerhana cincin terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya. Gerhana matahari tidak dapat berlangsung melebihi 7 menit 40 detik. Ketika gerhana matahari, orang dilarang melihat ke arah Matahari dengan mata telanjang karena hal ini dapat merusakkan mata secara permanen dan mengakibatkan kebutaan. Ketika gerhana bulan sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana bulan.

Dampak Gerhana Matahari

Secara umum gerhana matahari tidak akan menimbulkan dampak langsung bagi Bumi, terutama soal perubahan cuaca yang sekarang ini banyak dikaitkan dengan fenomena alam tersebut. Jadi dampak Gerhana Matahari ini nantinya lebih kepada magnet bumi, gravitasi, tidak ada berpengaruh pada iklim. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V, Zem I. (Dilansir dari CNN Indonesia) Dalam ilmu astronomi Gernaha Matahari menyebabkan peningkatan daya tarik Matahari dan Bulan terhadap Bumi, inilah satu-satunya dampak yang nantinya bisa diteliti untuk dipelajari.

Zem menuturkan hal ini akan diamati dengan pengukuran gravitasi di suatu tempat secara berkelanjutan dan hasilnya akan dibandingkan nilai Bouguer Anomali (BA) jauh sebelum (1 bulan) dan sesudah (1 bulan) terjadi gerhana dengan nilai BA saat terjadi gerhana. “Peristiwa terjadinya Gerhana Matahari Total akan menutup proses pemanasan dan ionisasi di lapisan ionosfer sehingga “arus ionosfer” terganggu, kejadian ini akan mengakibatkan gangguan medan magnet bumi,” katanya lagi. Dia menambahkan untuk menguji ini dapat dilakukan dengan membandingkan pengamatan magnet bumi di tempat-tempat yang dilalui gerhana serta stasiun-stasiun geomagnet di luar lintasan gerhana.

Selain itu, matahari yang biasanya menurunkan sinarnya ke bumi sehingga tercipta temperatur atau suhu di bumi, selama gerhana matahari akan mengalami penurunan temperature, dikarenakan sinar matahari yang tidak masuk ke bumi. Gerhana matahari akan membawa dampak serius bagi binatang, karena dalam kehidupan hewan terdapat hewan-hewan yang aktif di malam hari atau siang hari. Jika hewan yang aktif di malam hari, maka mereka akan mengira kalau saat terjadinya gerhana matahari akan seperti malam seperti biasa. Hal tersebut mengakibatkan perubahan jam biologis pada hewan-hewan tersebut. Begitu juga dengan hewan-hewan yang aktif di siang hari.

Penyebab Terjadinya Gerhana Matahari

Salah satu fenomena alam yang cukup menarik untuk diamati adalah fenomena gerhana matahari. Mengapa demikian? Ini karena selain gerhana matahari terjadi di siang hari, dimana waktunya orang beraktivitas, gerhana matahari juga memiliki periode tertentu dengan beberapa jenis gerhana. Bagaimana gerhana matahari bisa terjadi? Secara sederhana, gerhana matahari terjadi karena posisi bulan berada satu garis di antara matahari dan bumi sehingga piringan bulan akan menutupi atau menghalangi piringan matahari. Pada posisi tersebut, bulan sedang berada pada fase bulan baru. Seperti kita ketahui bulan mengelilingi bumi membutuhkan waktu 29,53 hari (periodesinodis). Artinya setiap 29,53 hari bulan berada pada posisi di antara bumi dan matahari.

Niat & Tata Cara Shalat Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019

Niat & Tata Cara Shalat Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019

Tata cara shalat gerhana matahari cincin pada Kamis (26/12/2019) adalah dua rakaat, dengan empat rukuk. Niatnya, "Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi imaaman/makmuman lillali ta'ala".
 
Fenomena alam Gerhana Matahari Cincin akan terjadi pada Kamis (26/12/2019) dengan puncaknya pada pukul 12.15 hingga 12.19 WIB. Terkait hal ini, Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau umat Islam Indonesia untuk melaksanakan salat gerhana matahari (kusuf).

"Seluruh kawasan Indonesia dapat mengamati gerhana matahari ini. Kementerian Agama mengimbau umat Islam di seluruh Indonesia untuk melaksanakan salat sunnah gerhana matahari atau yang disebut Salat Kusuf,” terang Pelaksana Harian (Plh) Dirjen Bimas Islam Kemenag Tarmizi di Jakarta, Kamis (19/12).

Dikutip dari akun Twitter Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gerhana matahari terjadi ketika cahaya matahari terhalang oleh bulan sehingga tidak semua cahaya itu sampai ke bumi. Fenomena ini terjadi pada saat fase bulan baru.

Khusus Gerhana Matahari Cincin, fenomena ini terjadi saat matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. Saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengah dan terang di bagian pinggir.

Wilayah yang dilewati oleh jalur cincin dalam gerhana ini adalah Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Srilanka, Samudra India, Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Samudera Pasifik.

Dikutip dari artikel "Grand Launching: Menyambut GMC 26 Desember 2019 di Siak" dalam Buletin Cuaca Antariksa LAPAN, di Indonesia, Gerhana Matahari Cincin melewati beberapa daerah, yaitu Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.

Peristiwa Gerhana Matahari pada Kamis (26/12/2019) akan dimulai dari fase gerhana sebagian yang dimulai pukul 10.22 WIB. Fase puncak akan terjadi pada pukul 12.15 WIB dan berakhir pada 12.19 WIB atau sekitar tiga menit. Setelah itu, fase berlanjut dengan gerhana sebagian yang berakhir pukul 14.13 WIB.

Tata Cara Shalat Gerhana

Umat Islam dianjurkan mengerjakan salat kusuf ketika gerhana matahari. Salat ini dilakukan dua rakaat dengan empat rukuk. Dikutip dari situs web Kemenag, tata cara mengerjakan salat kusuf adalah sebagai berikut.
  • Berniat di dalam hati;
  • Takbiratul ihram seperti salat biasa;
  • Membaca doa iftitah dan bertaawuz, kemudian membaca Surah Al-Fatihah dan membaca surat yang panjang dengan dikeraskan (jahr) suaranya.
  • Rukuk dengan waktu yang lama;
  • Bangkit dari rukuk (iktidal);
  • Setelah Iktidal, tidak langsung sujud, tetapi membaca Surah Al-Fatihah dan Surah panjang. Surah yang dibaca saat berdiri yang kedua ini, lebih pendek daripada saat berdiri sebelum rukuk.
  • Rukuk kembali (rukuk kedua) yang panjangnya lebih pendek dari rukuk sebelumnya;
  • Bangkit dari rukuk (iktidal);
  • Sujud yang lamanya seperti rukuk, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
  • Bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama dengan bacaan dan gerakan yang lebih singkat;
  • Tasyahud; dan
  • Salam.
Setelah salat, jemaah mendengarkan khotbah shalat gerhana yang disampaikan imam. Isinya, anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan amal kebaikan lain.

Niat Shalat Gerhana

Dikutip dari "Shalat Gerhana" dalam situs web NU, niat mengerjakan salat gerhana dapat dilafalkan baik dalam bahasa Indonesia atau bahasa Arab. Jika menggunakan bahasa Arab, maka lafalnya tergantung apakah kita menjadi imam atau makmum dalam salat tersebut.

أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى

"Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi imaaman/makmuman lillali ta'ala"

"Saya berniat mengerjakan salat sunah Gerhana Matahari sebagai imam/makmum karena Allah semata".

Selasa, 10 Desember 2019

Kamu Harus Tau, 4 Pilar Pemuda Tangguh

4 Pilar Pemuda Tangguh Yaitu Iman, Ikhlas, Semangat, dan Amal. Yang menyatu sebagai karakter dirinya dalam konteks kehidupan bermasyarakat

Dasar Keimanan adalah Hati yang cerdas,
Dasar keikhlasan adalah Nurani yang jernih,
Dasar Semangat adalah Perasaan yang menggelora,
Dasar Amal adalah Kemauan yang Kuat

Selamat Pagi...
Salam Perubahan...
Hidup Mahasiswa...

Rabu, 11 Desember 2019.
Diupluad Oleh : Nuh (Sekretaris FLP Rohul)

Senin, 09 Desember 2019

Kamu Harus Tau Kalau Kamu Seorang Pemimpin

Kepemimpinan dalam organisasi adalah sebuah proses dimana seorang pemimpin memengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Pemimpin yang baik bukan dilihat dari seberapa banyak orang yang menjadi pengikutnya, bukan juga dilihat dari seberapa lama ia memimpin. Pemimpin yang baik dilihat dari seberapa banyak ia mampu menciptakan sosok pemimpin yang baru.

Kepemimpinan menjadi salah satu faktor penting bagi keberhasilan sebuah organisasi. Untuk itu, ada beberapa sikap kepemimpinan dalam organisasi yang perlu diterapkan oleh seorang pemimpin, 
diantaranya:

1. Menjalin kedekatan dengandengan anggota bawahannya
Kepemimpinan dalam organisasi akan menjadi lebih efektif jika seorang pemimpin telah mendapat respek dari anggota bawahannya. Hal ini bisa dibangun dengan menjalin kedekatan dengan mereka, sehingga mereka akan percaya dan mau mengikuti arahan Anda.

2. Memberikan semangat dan motivasi
Kepemimpinan dalam organisasi bukan melulu soal pangkat dan jabatan, tetapi kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat memberikan semangat dan motivasi, bahkan untuk setiap hal kecil dari pekerjaan yang anggota Anda lakukan.

3. Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab
Kepemimpinan dalam organisasi adalah tentang kepercayaan. Berikan anggota bawahan Anda kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih dalam melakukan tugas mereka. Jika ada hal yang tidak sejalan, jangan langsung menghakimi. Berikanlah feedback agar ke depannya mereka tidak takut salah dalam mengambil sebuah keputusan.

Agar seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik, tentunya akan dibutuhkan pengalaman panjang selama bertahun-tahun di dalam sebuah organisasi. Namun, hal tersebut bukan lagi menjadi masalah dengan adanya jasa pelatihan kepemimpinan (leadership training) dan konsultasi untuk pengembangan SDM dan Organisasi.


Salam Perubahan, Hidup Mahasiswa.
di tulis oleh : Nuh ( Sekretaris FLP Rohul )
Senin, 09 Desember 2019