Banyak orang berkata: I love you (Aku sayang kamu),
akan tetapi, sesungguhnya dia Cuma berkata bahwa aku sayang rupa mu yang cantik
jelita, aku sayang duit mu, kekayaan mu, serta yang sejenisnya. Apakah ini
cinta?
Kita senantiasa mendengar atau menyaksikan dalam
kehidupan real, di tv, atau di film-film, bahwa seseorang jatuh cinta setelah
melihat kecantikan atau kegantengan orang lain. Apakah benar ada kaintannya
antara cinta dan keindahan?
Sejumlah orang mengatakan, bahwa kisah percintaan
antara Romeo dan Juliet merupakan bagian dari contoh dari cinta sejati (true
love), apakah benar demikian?
Kita menyaksikan atau mendengar, banyak gadis yang
hamil di luar nikah dan bahkan pada usia yang masih dapat dibilang sangat muda.
Mereka telah melakukan hubungan suami istri di luar nikah, serta mereka bilang
bahwa mereka melakukannya demi cinta. Pantaskah yang mereka katakan itu
merupakan cinta?
Bagaimana pandangan Islam mengenai cinta? Apakah
benar dalam ajaran agama Islam, bahwa semua jenis cinta merupakan sebuah
ungkapan cinta terhadap Sang Pencipta? Benarkah hubungan muda-mudi saat ini
telah jauh menyimpang dari ajaran Islam?
1. Cinta (love) dalam ajaran Islam.
Cinta (love) secara bahasa adalah suka sekali dan
senang sekali. Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari
lubuk hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun,
dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah.
Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas
iman. Hal itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti
halnya ia juga merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term (istilah)
Islam belum akan diakui beragama bila ia tak memiliki perasaan kasih sayang.
Allah berfirman: Katakanlah: "Jika bapa-bapa
(para pembesar dan nenek moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai
daripada mencintai Allah dan Rasulnya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan (azab/siksaan)- Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.( QS. At-Taubat, (9) : 24).
2. Cinta Terhadap Sang Pencipta (hablun min Allah).
Sebagai manifestasi dari kesadaran sebagai makhluk
Allah, manusia berusaha untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah,
berupa hubungan ritual (ibadah) dengan-Nya. Dalam sistim ritus ini, seseorang
pemeluk agama merasa yakin bahwa dengan selalu mengadakan hubungan baik dengan
Tuhan, maka hidupnya akan baik. Dengan kata lain, bahagia tak nya hidup seseorang
adalah tergantung kepada hubungan baik tidaknya terhadap Allah.
Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba
kepada Khalik (Penciptanya), dengan jalan mengakui tanpa ragu akan
kebesaran-Nya, dan mematuhi secara konsekwen segala titah-Nya. Apa yang
diperintahkan-Nya dilaksanakan, dan apa-apa yang dilarang-Nya dihindari. Cinta
terhadap Allah ini tidak bisa terlepas dari yang disebut sebagai akhlak,
keimanan, dan tauhid.
3. Cinta Terhadap Lingkungan Hidup.
Lingkungan hidup, yang berupa alam sekitar, baik
berupa udara, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain merupakan prasarana
kehidupan yang harus tetap terpelihara keserasiannya. Maka segala yang dapat
merusak lingkungan harus dicegah, karena dapat berakibat kehidupan yang gak
bersih, tak tertib, dan tidak aman. Itulah sebabnya Islam melarang, bahkan
mengutuk orang-orang yang melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan.
Islam mengajarkan ummatnya agar mengasihi semua
binatang dan melarang ummatnya untuk menyiksa binatang. Karena binatang adalah
juga makhluk ciptaan Allah. Tidak membunuh mereka untuk kesenangan, dan tentu
saja tidak boleh melukai dan menyiksa mereka. Bahkan sebagai salah satu sumber
makanan, kita juga harus menghormati mereka dengan berdo'a, dengan gak membunuh
mereka lebih dari yang kita makan.
Islam dalam ajarannya mengatakan, bahwa manusia
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta yang saling
dukung-mendukung dengan seluruh bagian alam itu, dan karena individu-individu
manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dan secara laras bekerja sama
dengan seluruh alam semesta ini, maka tak boleh ada ketidakserasian antara
mereka satu sama lain.
4. Cinta Terhadap Sesama Manusia (hablun min annas).
Dalam ajaran Islam, cinta terhadap sesama manusia
gak bisa lepas dari rasa cintanya terhadap penciptanya. Karena dalam ajaran
Islam, cinta terhadap Tuhan yaitu terhadap Allah SWT, juga berarti cinta
terhadap sesama manusia sebagai ciptaan-Nya. Karena hal ini berkaitan dengan
yang namanya akhlak.
Rasa cinta terhadap sesama manusia tak bisa lepas
dari kemanusiaan. Pandangan Islam menyatakan, bahwa kemanusiaan itu merupakan
satu kesatuan, berbeda-beda bagiannya untuk membentuk satu masyarakat,
berjenis-jenis dalam keserasian, dan berlainan pendapat untuk saling melengkapi
satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan begitu ia cocok pula untuk
saling melengkapi dengan alam, untuk membentuk wujud yang satu pula.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya
kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
sekalian saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara
kamu sekalian di sisi Allah ialah orang-orang yang paling takwa di antara kamu
sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S.
Al-Hujurat: 13).
Pada prinsipnya, cinta terhadap sesama manusia
adalah dengan tolong-menolong, kenal mengenal (saling mengenal) dan keserasian.
Menurut pandangan Islam, rasa cinta terhadap sesama manusia bisa diwujudkan,
salah satunya dengan keadilan dan persamaan derajat di antara manusia.