Selasa, 13 Juli 2021

Musda BEM se-Riau Ke-VIII

 

Musyawarah daerah BEM se-Provinsi Riau (BEM SRI) ke VIII di Bengkalis Terpantau Sukses

Musyawarah Daerah Badan Eksekutif Mahasiswa se-Provinsi Riau (Musda BEM SRI) yang Ke-VIII telah menyelesaikan musyawarah daerah di kabupaten Bengkalis yang di mulai tanggal 11-13 juli 2021.

Musyawarah BEM Se-Riau ini di hadiri seluruh kordinator daerah Se-Provinsi riau dengan protokol kesehatan yang ketat dapat berjalan hikmat dan aman.

Dalam kesempatan itu hasil musyawarah BEM Se-Riau di Bengkalis menghasilkan keputusan kepemimpinan periode 2021-2022 yang di Nahkodai oleh Jimmy Saputra Nasution sebagai kordinator Pusat BEM se-Riau dan kordinator isu BEM Se-Riau di amanatkan kepada Aidil Haris Presiden Mahasiswa STAIN Bengkalis.

Selanjutnya, untuk koordinator daerah setiap kabupaten atau kota yang berada di provinsi Riau ini di amanahkan kepada :

1. Feredy Hermansyah Lbs (Presma STAI Al-Azhar) sebagai Koordinator Daerah Kota Pekanbaru

2. Cici Permatasari (Presma STIE Tuah Negeri) sebagai Koordinator Daerah Kota Dumai

3. Nuh (Presma Institut Sains Al-Qur'an Syekh Ibrahim) sebagai Koordinator Daerah kabupaten Rokan Hulu

4. M. Abdul Kadir Jailani (Presma Politeknik Negeri Bengkalis) sebagai Koordinator Daerah kabupaten Bengkalis

5. Yures Yanto (Presma Universitas Islam Kuantan Singingi) sebagai Koordinator Daerah kabupaten Kuansing

6. Raihan Afrinal Dumaianta (Presma STT Pelalawan) sebagai Koordinator Daerah kabupaten Pelalawan

7. Rafa Ningsih (Presma STAI Nurul Hidayah) sebagai Koordinator Daerah kabupaten Meranti

Dan saya, Nuh selaku koordinator daerah Rokan Hulu berharap di bawah nahkoda kepemimpinan Saudara Jimmi Saputra Nasution dapat menjadi aliansi yang terus menyuarakan aspirasi masyarakat dan terus menjadi opisisi pemerintahan yang menyalah gunakan hak kepemimpinannya terhadap masyarakat.




Selasa, 02 Februari 2021

Makalah Ilmu Tasawuf, Akhlak dan Suluk

MAKALAH  ILMU  TASAWUF

“ Ilmu Tasawuf, Akhlak dan Suluk ”

 



 

Oleh:    

Alwi Saputra

Dosen Pengampu  : Ustadz H. Norizal, Lc., MA

 

 

INSTITUT SAINS AL QURAN SYEIKH IBRAHIM PASIR PENGARAIAN  ROKAN  HULU

2 0 1 7 / 2 0 1 8

 

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Akhlak tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin di rasakan, secara historis dengan teologis akhlak tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup ummat agar selamat dunia dan akhirat.Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima. Khazanah pemikiran dan pandangan di bidang akhlak dan tasawuf itu kemudian menemukan momentum pengembangan dalam sejarah, antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama tasawuf dan ulama dibidang akhlak.

            Disadari bahwa masih banyak bidang akhlak tasawuf yang dapat dikemukakan, namun keterbatasan ilmu yang kami miliki kami mohon ma’af. Jika mempunyai kesalahan dalam pengumpulan data yang kami kumpulkan ini.

 

B.Rumusan Masalah

            Beberapa masalah yang berkaitan dengan judul makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian tasawuf, akhlak dan suluk?

2. Apa persamaan antara tasawuf, akhlak dan suluk?

3. Apa perbedaan antara tasawuf, akhlak dan suluk?

 

C.Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian tasawuf akhlak dan suluk.

2. Untuk mengetahui persamaan tasawuf,akhlak dan suluk.

3. Untuk mengetahui perbedaan tasawuf,akhlak dan suluk.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian

1.    Tasawuf

Menurut Etimologi

Pengertian tasawuf menurut etimologi juga pendekatan lainnya, terdapat perbedaan. Secara umum, diantara perbedaan tersebut tentu ada garis merah atau benang merah yang dapat ditarik.

1.      Berasal dari Kata Shuffah

Tasawuf berasal dari istilah shuffah. Shuffah berarti serambi tempat duduk. Suffah berasal di serambi masjid Madinah yang disediakan untuk mereka yang belum memiliki tempat tinggal atau rumah dan dari orang-orang muhajirin yang ada di Masa Rasulullah SAW. Mereka dipanggi sebagai Ahli Suffah atau Pemilik Sufah karena di serambi masjid Madinah itulah tempat mereka.

2.      Berasal dari Kata Shaf

Selain itu, istilah tawasuf juga berasal dari kata Shaf. Shaf memiliki arti barisan. Istilah ini dilekatkan kepada tasawuf karena mereka, para kaum sufi, memiliki iman yang kuat, jiwa dan hati yang suci, ikhlas, bersih, dan mereka senantiasa berada dalam barisan yang terdepan jika melakukan shalat berjamaah atau dalam melakukan peperangan.

3.      Berasal dari Kata Shafa dan Shuafanah

Istilah Tasawuf juga ada yang mengatakan berasal dari kata shafa yang artinya bersih atau jernih dan kata shufanah yang memiliki arti jenis kayu yang dapat bertahan tumbuh di daerah padang pasir yang gersang.

4.      Berasal dari Kata Shuf

Pengertian Tasawuf juga berasal dari kata Shuf yang berarti bulu domba. Pengertian ini muncul dikarenakan kaum sufi sering menggunakan pakaian yang berasal dari bulu domba kasar. Hal ini melambangkan bahwa mereka menjunjung kerendahan hati serta menghindari sikap menyombongkan diri. Selain itu juga sebagai simbol usaha untuk meninggalkan urusan-urusan yang bersifat duniawi. Orang-orang yang menggunakan pakaian domba tersebut dipanggil dengan istilah Mutashawwif dan perilakunya disebut Tasawuf.

Menurut Terminologi

Pengertian tasawuf menurut terminologi dari para ahli sufi juga terdapat varian-varian yang berbeda. Hal ini dapat dijelaskan dari berbagai pandangan sufi berikut:

1.      Menurut Imam Junaid

Menurut seorang sufi yang berasal dari Baghdad dan bernama Imam Junaid, Tasawuf memiliki definisi sebagai mengambil sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah.

2.      Menurut Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah seorang syekh yang berasal dari Afrika Utara. Sebagai seorang sufi ia mendefinisikan tasawuf sebagai proses praktek dan latihan diri melalui cinta yang mendalam untuk ibadah dan mengembailikan diri ke jalan Tuhan.

3.      Sahal Al-Tustury

Sahal Al Tustury mendefinisikan tasawuf sebaai terputusnya hubungan dengan manusia dan memandang emas dan kerikil. Hal ini tentu ditunjukkan untuk terus menerus berhubungan dan membangun kecintaan mendalam pada Allah SWT.

4.      Syeikh Ahmad Zorruq

Menurut Syeikh Ahmaz Zorruq yang berasal dari Maroko, Tasawuf adalah ilmu yang dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata untuk Allah dengan menggunakan pengetahuan yang ada tentang jalan islam. Pengetahuan ini dikhususkan pada pengetahuan fiqh dan yang memiliki kaitan untuk mempebaiki amalan dan menjaganya sesuai dengan batasan syariah islam. Hal ini ditujukan agar kebikjasanaan menjadi hal yang nyata.

 

Secara Umum

Dari pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi dapat diambil kesimpulan bahwa Tasawuf adalah pelatihan dengan kesungguhan untuk dapat membersihkan, memperdalam, mensucikan jiwa atau rohani manusia. Hal ini dilakukan untuk melakukan pendekatan atau taqarub kepada Allah dan dengannya segala hidup dan fokus yang dilakukan hanya untuk Allah semata.

Untuk itu, tasawuf tentu berkaitan dengan pembinaan akhlak, pembangunan rohani, sikap sederhana dalam hidup, dan menjauhi hal-hal dunia yang dapat melenakan. Tentu hal ini bisa membantu manusia dalam mencapai tujuannya dalam hidup. Untuk itu, praktik tasawuf ini dapat dilakukan oleh siapapun yang ingin membangun akhlak yang baik, sikap terpuji, kesucian jiwa, dan kembalinya pada Illahi dalam kondisi yang suci.

Secara umum, tentu ajaran tasawuf jika dikembangkan tidak boleh bertentangan dan juga bersebrangan dengan ajaran yang berasal dari Wahyu Al Quran dan Sunnah Rasulullah. Sebagai bentuk kecintaan manusia kepada Rasulullah tentunya juga harus tetap melaksanakan ibadah sebagaimana Rasul ajarkan.

 

2.   Akhlak

Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan ibadah. Akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian baik secara bahasa maupun secara istilah. Selain itu ada beberapa ulama yang juga menjabarkan pengertian akhlak sebagaimana ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa atau sifat seseorang yang medorong melakukan sesuatu tanpa perlu mempertimbangkannya terlebih dahulu.

·         Secara bahasa

Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan sebagai perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya. (baca istri-istri Nabi dan sifatnya)

·         Secara istilah

Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela. Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini

إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ            

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS Shad : 46)

 3. Suluk

Secara etimologis, kata suluk berarti jalan atau cara, bisa juga diartikan kelakuan atau tingkah laku, sehingka Husnu al-Suluk berarti kelakuan yang baik. Kata suluk adalah bentuk masdar yang diturunkan dari bentuk verbal "salaka yasluku" yang secara harfiah mengandung beberapa arti yaitu "Memasuki, melalui jalan, bertindak dan memasukkan" Khan Sahib Kahja Khan (pakar bidang tasawuf dari India) mangatakan bahwa salik ialah orang yang tengah menempuh perjalan rohani (suluk).

            Secara garis besar suluk merupakan kegiatan seseorang untuk menuju kedekatan diri kepada Allah, suluk hampir sama den gan tarekat, yakni cara mendekakan diri kepada Tuhan. Hanya saja, kalau tarekat masih bersifat konseptual, sedan gkan suluk sudah dalam bentuk teknis oprasional. Oprasional dalam arti yang sesungguhnya: bukan hanya sekedar teori melainkan langsung dipraktikkan dalam tingkah laku keseharian, kata suluk berasal dari terminologi dalam al-Quran, Fasluki dalam surat an-Nahl (16) Ayat 69.

            Suluk di dalam istilah tasawuf adalah jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah swt atau cara memperoleh ma'rifat. Dalam istilah selanjutnya istilah ini digunakan untuk sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar ia dapat mencapai suatu ihwal (keadaan mental) atau Maqam tertentu.

 

B.     Persamaan Ilmu Tasawuf, Akhlak, Dan Suluk

            Dalam ajaran akhlak islam dan tasawuf tentu tidak ada yang bertentangan secara substansi. Akhlak islam menginginkan umat islam mendapatkan kemuliaan akhlak berdasarkan agama sedangkan tasawuf pun menuju kepada hal tersebut. Titik tekan akhlak islam berlandaskan 3 hal yang telah disebutkan di atas, sedangkan tasawuf pada kecintaan dan kebersihan jiwa. Penerapannya mungkin tasawuf memiliki hal yang berbeda, namun secara tujuan tidaklah bertentangan. Ajaran Tasawuf dan akhlak sama-sama tidak menginginkan keburukan dan kerusakan yang terjadi.

Hal ini dapat dirangkum dalam hal berikut mengenai Hubungan Akhlak dan Tasawuf :

·         Sama-sama berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT

·         Sama-sama berorientasi kepada kemuliaan akhlak dan kebersihan jiwa

·         Sama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di dunia dan akhirat

 

C.   Perbedaan Ilmu Tasawuf Dengan Suluk

Ilmu Tasauf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa (Tazkiyatun nafs), menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Sedangkan suluk  secara  garis besar  merupakan kegiatan seseorang untuk menuju kedekatan diri kepada Allah

Jadi ilmu tasawuf dia adalah sebuah ilmu (Materi),sedangkan suluk lebih kepada praktik tasawuf.

 

D.   Perbedaan Ilmu Tasawuf Dengan Akhlak

            Ilmu tasawuf adalah ilmu tentang bagaimana kita membersihkan hati agar selalu berdzikir/ingat kepada Allah, dan tidak tergiur oleh duniawi. Sedangkan akhlaq itu sendiri adalah refleksi dari penerapan ilmu tasawuf sehingga tingkah laku dan perbuatan kita sama dengan perilakunya Rasulullah SAW.

 

E.   Perbedaan Akhlak Dengan Suluk

 Al-Ghazali menyebut akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa didalam jiwa,timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran. Sedangkan suluk usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui tasawuf,salah satunya dengan memperbaiki akhlak kepada Allah dan pada manusia.

 

 

BAB III

PENUTUPAN

A.    Kesimpulan

            Dari pembahasan diatas dapat diuraikan bahwa antara ilmu akhlaq, tasawuf  dan suluk sangat erat kaitannya, oleh karena itu antara ketiganya memiliki perbedaan yang sangat tipis, maka sering muncul pernyataan ulama tasawuf yang mengatakan ; bahwa upaya memperbaiki akhlaq merupakan awal perjalanan praktek tasawuf, sedangkan pemulaan praktek tasawuf menandakan akhir perjalanan akhlaq. Ini berarti bahwa orang-orang yang menekuni ajaran tasawuf, ia harus terlebih dahulu mematangkan akhlqnya, baru ia bisa memulai melaksanakan ajaran tasawufnya. Atau dengan kata lain, sebelum peserta tasawuf melakukan pelatihan kerohanian secara rutin dalam kegiatan tasawuf, ia harus lebih dahulu menyempurnakan akhlaqnya, antara lain mematangkan dan menyempurnakan peraktek mujahadah : yaitu upaya menekan dan mematikan kecenderungan nafsunya, sehingga selalu terarah kepada kecenderungan berbuat baik.

 

B.     Saran

Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami susun. Harapan kami dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita untuk lebih menyadari bahwa agama islam memiliki khazanah keilmuan yang sangat dalam untuk mengembangkan potensi yang ada di alam ini dan merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi seorang muslim yang bijak sekaligus intelek. Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa difahami oleh para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari dosen pengampu yang telah membimbing kami. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

 

Atas semua salah dan khilaf,kami mohon di beri ma’af sebesar-besarnya.

 

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته.......         

 

 

Kamis, 06 Februari 2020

Tahukah Kamu Apa Arti Cinta Yang Sebenarnya...



Banyak orang berkata: I love you (Aku sayang kamu), akan tetapi, sesungguhnya dia Cuma berkata bahwa aku sayang rupa mu yang cantik jelita, aku sayang duit mu, kekayaan mu, serta yang sejenisnya. Apakah ini cinta?

Kita senantiasa mendengar atau menyaksikan dalam kehidupan real, di tv, atau di film-film, bahwa seseorang jatuh cinta setelah melihat kecantikan atau kegantengan orang lain. Apakah benar ada kaintannya antara cinta dan keindahan?

Sejumlah orang mengatakan, bahwa kisah percintaan antara Romeo dan Juliet merupakan bagian dari contoh dari cinta sejati (true love), apakah benar demikian?

Kita menyaksikan atau mendengar, banyak gadis yang hamil di luar nikah dan bahkan pada usia yang masih dapat dibilang sangat muda. Mereka telah melakukan hubungan suami istri di luar nikah, serta mereka bilang bahwa mereka melakukannya demi cinta. Pantaskah yang mereka katakan itu merupakan cinta?

Bagaimana pandangan Islam mengenai cinta? Apakah benar dalam ajaran agama Islam, bahwa semua jenis cinta merupakan sebuah ungkapan cinta terhadap Sang Pencipta? Benarkah hubungan muda-mudi saat ini telah jauh menyimpang dari ajaran Islam?

1. Cinta (love) dalam ajaran Islam.

Cinta (love) secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali. Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah.

Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman. Hal itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term (istilah) Islam belum akan diakui beragama bila ia tak memiliki perasaan kasih sayang.

Allah berfirman: Katakanlah: "Jika bapa-bapa (para pembesar dan nenek moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada mencintai Allah dan Rasulnya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab/siksaan)- Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.( QS. At-Taubat, (9) : 24).

2. Cinta Terhadap Sang Pencipta (hablun min Allah).

Sebagai manifestasi dari kesadaran sebagai makhluk Allah, manusia berusaha untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa hubungan ritual (ibadah) dengan-Nya. Dalam sistim ritus ini, seseorang pemeluk agama merasa yakin bahwa dengan selalu mengadakan hubungan baik dengan Tuhan, maka hidupnya akan baik. Dengan kata lain, bahagia tak nya hidup seseorang adalah tergantung kepada hubungan baik tidaknya terhadap Allah.

Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba kepada Khalik (Penciptanya), dengan jalan mengakui tanpa ragu akan kebesaran-Nya, dan mematuhi secara konsekwen segala titah-Nya. Apa yang diperintahkan-Nya dilaksanakan, dan apa-apa yang dilarang-Nya dihindari. Cinta terhadap Allah ini tidak bisa terlepas dari yang disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.

3. Cinta Terhadap Lingkungan Hidup.

Lingkungan hidup, yang berupa alam sekitar, baik berupa udara, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain merupakan prasarana kehidupan yang harus tetap terpelihara keserasiannya. Maka segala yang dapat merusak lingkungan harus dicegah, karena dapat berakibat kehidupan yang gak bersih, tak tertib, dan tidak aman. Itulah sebabnya Islam melarang, bahkan mengutuk orang-orang yang melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan.

Islam mengajarkan ummatnya agar mengasihi semua binatang dan melarang ummatnya untuk menyiksa binatang. Karena binatang adalah juga makhluk ciptaan Allah. Tidak membunuh mereka untuk kesenangan, dan tentu saja tidak boleh melukai dan menyiksa mereka. Bahkan sebagai salah satu sumber makanan, kita juga harus menghormati mereka dengan berdo'a, dengan gak membunuh mereka lebih dari yang kita makan.

Islam dalam ajarannya mengatakan, bahwa manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta yang saling dukung-mendukung dengan seluruh bagian alam itu, dan karena individu-individu manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dan secara laras bekerja sama dengan seluruh alam semesta ini, maka tak boleh ada ketidakserasian antara mereka satu sama lain.

4. Cinta Terhadap Sesama Manusia (hablun min annas).

Dalam ajaran Islam, cinta terhadap sesama manusia gak bisa lepas dari rasa cintanya terhadap penciptanya. Karena dalam ajaran Islam, cinta terhadap Tuhan yaitu terhadap Allah SWT, juga berarti cinta terhadap sesama manusia sebagai ciptaan-Nya. Karena hal ini berkaitan dengan yang namanya akhlak.

Rasa cinta terhadap sesama manusia tak bisa lepas dari kemanusiaan. Pandangan Islam menyatakan, bahwa kemanusiaan itu merupakan satu kesatuan, berbeda-beda bagiannya untuk membentuk satu masyarakat, berjenis-jenis dalam keserasian, dan berlainan pendapat untuk saling melengkapi satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan begitu ia cocok pula untuk saling melengkapi dengan alam, untuk membentuk wujud yang satu pula. Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah ialah orang-orang yang paling takwa di antara kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat: 13).

Pada prinsipnya, cinta terhadap sesama manusia adalah dengan tolong-menolong, kenal mengenal (saling mengenal) dan keserasian. Menurut pandangan Islam, rasa cinta terhadap sesama manusia bisa diwujudkan, salah satunya dengan keadilan dan persamaan derajat di antara manusia.